Situs Batu Tulis Muruy Pandeglang Banten
Situs Batu Tulis Muruy Pandeglang: Jejak Sejarah, Misteri, dan Cerita Nyi Kamilah
Banten memang terkenal dengan jejak sejarah Islam dan Kesultanannya yang kuat. Tapi di balik semua itu, masih banyak peninggalan yang menyimpan misteri, salah satunya Situs Batu Tulis Muruy di Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang. Situs ini bukan sekadar batu biasa — tapi batu besar bertuliskan huruf Arab yang konon berasal dari abad ke-18. Di baliknya, ada cerita rakyat yang turun-temurun, tentang seorang perempuan bangsawan bernama Nyi Kamilah dan dua putranya.
Lokasi dan Gambaran Umum Situs Batu Tulis Muruy
Situs ini terletak di Desa Muruy RT 01 RW 02, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Lokasinya berada tidak jauh dari aliran Sungai Cibenda atau yang biasa disebut warga sebagai “Ci Benda”. Secara geografis, posisi situs berada di koordinat sekitar 105°54′08.7″ BT dan 06°21′46.5″ LS. Tempatnya dikelilingi kebun dan rumah warga, suasananya tenang dan alami.
Kalau kamu datang ke sana, kamu bakal melihat batu besar berwarna abu kehitaman dari batu andesit. Batu ini punya tinggi sekitar dua meteran, dengan lebar mendekati tiga meter. Sekarang, batu itu dilindungi di bawah sebuah cungkup atau bangunan beratap sederhana yang dibuat oleh masyarakat sekitar agar tidak terkena hujan langsung.
Tulisan Arab di Batu dan Tahun Pembuatan
Yang membuat Batu Muruy ini menarik adalah adanya pahatan huruf Arab di salah satu sisinya. Tulisan itu bentuknya seperti kaligrafi, halus tapi sudah mulai aus dimakan usia.
Peneliti dan warga membaca tulisan itu sebagai bentuk candra sengkala — penanggalan dalam simbol. Salah satu teks yang terbaca adalah
"athal haman khomsatun anabu sahra al-sanatun"yang jika diterjemahkan menunjukkan angka tahun 1161 Hijriah atau sekitar 1741 Masehi.
Menariknya, tahun ini bertepatan dengan masa pemerintahan Sultan Muhammad Syifa Zaenal Arifin dari Kesultanan Banten (1733–1750 M). Jadi besar kemungkinan batu ini dibuat pada masa akhir kekuasaan Kesultanan Banten sebelum benar-benar lemah akibat intervensi Belanda.
Penemuan Kembali dan Pelestarian
Menurut catatan masyarakat, Batu Tulis Muruy pertama kali ditemukan sekitar tahun 1980-an. Waktu itu, batu ini masih tertutup akar pohon dan semak-semak di pinggiran kebun warga.
Warga kemudian bergotong royong membersihkan area tersebut dan melaporkannya ke pihak pemerintah daerah. Akhirnya, situs ini mulai dikenal luas dan bahkan masuk ke dalam daftar Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) Kabupaten Pandeglang.
Sekarang, masyarakat sekitar aktif menjaga situs ini. Mereka membangun cungkup pelindung, membuat jalan setapak menuju lokasi, dan kadang membersihkan area sekitar bersama-sama. Universitas Galuh juga sempat menerbitkan penelitian tentang “Peranan Masyarakat Terhadap Pelestarian Situs Batu Tulis di Desa Muruy” yang menunjukkan semangat warga dalam melestarikan warisan sejarah ini.
Asal Usul dan Cerita Rakyat Nyi Kamilah
Nah, bagian yang paling menarik dari Situs Batu Tulis Muruy bukan cuma batunya, tapi juga cerita rakyat yang melekat kuat di masyarakat sekitar. Legenda yang paling terkenal adalah kisah tentang Nyi Kamilah, seorang perempuan bangsawan dari Kesultanan Banten.
Menurut cerita turun-temurun, Nyi Kamilah melarikan diri dari istana Kesultanan Banten pada masa penjajahan Belanda. Ia membawa dua orang putranya dan memilih menetap di wilayah Muruy untuk menghindari kekacauan politik dan tekanan dari penjajah.
Kisahnya menggambarkan sosok perempuan yang kuat dan mandiri, yang berani meninggalkan kemewahan demi keselamatan keluarganya. Setelah beberapa tahun tinggal di Muruy, kedua putranya tumbuh dewasa dan berpamitan untuk kembali ke Banten. Mereka bertekad merebut kembali kejayaan Kesultanan Banten.
Sebelum berangkat, salah satu putra Nyi Kamilah dikisahkan menulis atau memahat tulisan di batu besar — inilah yang sekarang dikenal sebagai Prasasti Batu Tulis Muruy. Tulisan itu menjadi tanda bahwa mereka pernah hidup di sana, sekaligus simbol perjuangan keluarga Nyi Kamilah untuk menjaga marwah Banten.
Makna Budaya dan Simbolik
Bagi masyarakat Muruy, batu ini bukan cuma artefak tua. Ia adalah simbol identitas, pengingat asal-usul, dan bukti bahwa daerah mereka punya peran dalam sejarah besar Kesultanan Banten.
Tulisan Arab di batu sering dianggap sebagai doa atau harapan — sebuah bentuk spiritualitas masyarakat masa lalu yang menautkan agama, perjuangan, dan kehidupan. Tak heran banyak warga yang menganggap tempat ini keramat, tapi juga terbuka untuk dikunjungi siapa saja yang mau belajar tentang sejarah.
Dari Misteri ke Wisata Edukatif
Sekarang, Situs Batu Tulis Muruy mulai sering dikunjungi pelajar, peneliti, dan wisatawan yang tertarik dengan sejarah lokal. Meski belum jadi destinasi wisata besar, tempat ini punya daya tarik tersendiri: suasana tenang, nilai budaya tinggi, dan cerita rakyat yang hidup di tengah masyarakat.
Beberapa komunitas sejarah bahkan mengusulkan agar situs ini dikembangkan sebagai wisata edukatif. Selain memperkenalkan sejarah Banten, situs ini juga bisa jadi contoh nyata tentang bagaimana masyarakat bisa menjaga peninggalan leluhur mereka tanpa harus menunggu proyek besar dari pemerintah.
Kritik dan Harapan
Sayangnya, dokumentasi akademik tentang Batu Muruy ini masih minim. Belum banyak penelitian mendalam tentang arti detail tulisannya atau siapa sebenarnya yang membuatnya.
Selain itu, ada beberapa versi ukuran batu dan makna tulisan yang berbeda-beda di berbagai sumber. Itu sebabnya, peneliti arkeologi dan sejarawan masih punya banyak pekerjaan untuk menggali fakta lebih dalam tentang batu ini.
Meski begitu, satu hal yang jelas: Situs Batu Tulis Muruy adalah bagian penting dari mozaik sejarah Banten. Ia bukan hanya benda mati, tapi saksi perjalanan panjang manusia Banten dalam menghadapi perubahan zaman — dari kerajaan, kolonialisme, hingga era modern sekarang.
Pesan untuk Generasi Muda
Buat kamu yang suka sejarah, budaya, atau sekadar petualangan ke tempat-tempat unik, datanglah ke Muruy. Selain bisa menikmati udara segar pedesaan, kamu juga bisa belajar langsung tentang warisan nenek moyang yang luar biasa ini.
Situs Batu Tulis Muruy mengajarkan kita tentang pentingnya menghargai sejarah. Bahwa setiap batu, setiap tulisan, dan setiap cerita yang diwariskan orang tua kita — semuanya menyimpan nilai, doa, dan identitas.
Karena pada akhirnya, sejarah bukan cuma tentang masa lalu. Tapi juga tentang bagaimana kita memahami diri sendiri hari ini.
Pertanyaan yang Sering Diajukan tentang Situs Batu Tulis Muruy
1. Di mana lokasi tepat Situs Batu Tulis Muruy?
Situs Batu Tulis Muruy terletak di Desa Muruy, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Lokasinya berada tidak jauh dari aliran Sungai Cibenda dan dikelilingi area perkebunan serta rumah warga.
2. Siapa sebenarnya Nyi Kamilah yang disebut dalam cerita Batu Muruy?
Nyi Kamilah adalah tokoh legenda lokal yang dipercaya sebagai bangsawan dari Kesultanan Banten. Ia melarikan diri bersama dua putranya ke Muruy pada masa penjajahan Belanda. Salah satu putranya dipercaya sebagai pembuat tulisan di Batu Tulis Muruy.
3. Apa arti tulisan Arab di Batu Tulis Muruy?
Tulisan Arab pada batu ini diyakini menunjukkan angka tahun 1161 Hijriah atau sekitar 1741 Masehi. Bentuknya seperti kaligrafi dan menjadi bukti sejarah masa akhir Kesultanan Banten.
4. Kapan batu ini ditemukan kembali?
Warga sekitar menemukan kembali batu ini pada tahun 1980-an ketika area tersebut masih berupa kebun dan semak belukar. Sejak itu, batu ini dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat setempat.
5. Apakah Situs Batu Tulis Muruy bisa dikunjungi wisatawan?
Ya, bisa. Situs ini terbuka untuk umum. Pengunjung bisa datang untuk belajar sejarah, berziarah, atau sekadar melihat peninggalan bersejarah. Namun disarankan tetap menjaga kesopanan dan kebersihan lokasi.
6. Apakah Situs Batu Tulis Muruy sudah jadi cagar budaya resmi?
Saat ini Batu Tulis Muruy masuk dalam daftar Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) di Kabupaten Pandeglang. Proses penetapan resmi sebagai cagar budaya masih dalam tahap administrasi dan penelitian lanjutan.
7. Apa makna budaya dari Batu Tulis Muruy bagi masyarakat lokal?
Bagi warga Muruy, batu ini bukan hanya peninggalan sejarah, tapi juga simbol identitas dan doa leluhur. Ia menjadi pengingat bahwa masyarakat Banten punya peran penting dalam sejarah Nusantara.
8. Bagaimana kondisi situs saat ini?
Situs ini sudah diberi cungkup pelindung oleh warga agar tidak rusak oleh cuaca. Area sekitar juga sering dibersihkan dan dijaga bersama dalam kegiatan gotong royong desa.
9. Apakah ada ritual khusus di Batu Tulis Muruy?
Sebagian warga masih melakukan doa atau tahlilan kecil di sekitar batu, terutama saat hari-hari besar Islam. Namun kegiatan itu lebih ke bentuk penghormatan terhadap leluhur, bukan ritual mistik.
10. Apa yang bisa dipelajari dari situs ini?
Batu Tulis Muruy mengajarkan pentingnya melestarikan sejarah lokal, mengenali jati diri daerah, dan menghargai perjuangan leluhur. Situs ini adalah bukti nyata bahwa sejarah besar tidak hanya ada di buku, tapi juga di kampung-kampung seperti Muruy.

Posting Komentar untuk "Situs Batu Tulis Muruy Pandeglang Banten "