Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dewawarman

Dewawarman: Raja Pertama Tarumanegara dan Jejak Sejarahnya

Jejak Sejarah Nusantara dari Salakanagara ke Tarumanegara

Ketika membicarakan sejarah Indonesia, sering kali perhatian tertuju pada kerajaan-kerajaan besar seperti Majapahit atau Sriwijaya. Namun, jauh sebelum itu, terdapat sosok penting yang menjadi pelopor kerajaan pertama di Nusantara: Dewawarman. Ia bukan hanya seorang raja, tetapi juga penghubung antara budaya India dan lokal, serta menantu dari tokoh legendaris Aki Tirem raja Salakanagara. 



Asal-Usul Dewawarman

Dewawarman berasal dari India Selatan, kemungkinan dari wilayah Pallawa atau Pandya. Ia adalah seorang bangsawan atau utusan dagang yang melakukan pelayaran ke Nusantara. Nama aslinya tidak disebutkan secara pasti dalam prasasti kuno, tetapi gelar yang ia pakai adalah “Dewawarman”, yang berarti “Pelindung Dewa” atau “Kesatria Ilahi”. 

Dalam berbagai catatan sejarah dan kitab kuno, Dewawarman disebut sebagai seorang duta atau utusan dari India yang kemudian menetap di wilayah Nusantara.

Menurut Kitab Pararaton dan beberapa prasasti kuno, Dewawarman awalnya adalah duta dari kerajaan Palawa (atau dalam sumber lain disebut sebagai kerajaan Calankayana di Gujarat) yang dikirim ke Kerajaan Salakanagara, kerajaan tertua di Nusantara yang konon berlokasi di daerah Pandeglang, Banten Sekarang.

Sekitar tahun 130 Masehi, Dewawarman mendarat di wilayah barat Pulau Jawa, tepatnya di daerah yang kini dikenal sebagai Sanghiang Sirah.


Pertemuan dengan Aki Tirem

Saat mendarat di pantai barat, kapal Dewawarman rusak parah. Ia dan rombongannya meminta perlindungan kepada Aki Tirem, sang raja bijak dari Kerajaan Salakanagara, 

Aki Tirem bukan sekadar raja, tetapi juga seorang pemimpin spiritual yang disegani. Ia menilai Dewawarman sebagai sosok yang cerdas, gagah, dan sopan. Maka dimulailah pertemanan antara bangsawan India dan raja lokal Nusantara. 

Dari sini kisah makin menarik, Aki Tirem menjodohkan anak perempuannya, Pohaci Larasati, kepada Dewawarman. Pohaci Larasati dikenal sebagai gadis cantik dan bijak dari Lembur Pakuhaji, Salabentar,

Ia menikah dengan putri dari Raja Salakanagara, yaitu Dewi Pohaci (atau Putri Dewi Nimas Candrawati dalam versi lain), dan akhirnya menjadi menantu sekaligus penerus kekuasaan.

 Pernikahan ini menjadi simbol penyatuan dua kebudayaan, Hindu India dan adat Sunda kuno. 


Mengabdi di Salakanagara, Dari Menantu ke Panglima

Setelah menikah, Dewawarman tinggal di istana Gunung Karang. Ia bukan sekadar menantu raja, tetapi juga seorang pemimpin militer dan penasihat kerajaan. Ia membantu mengatur strategi dagang dan pertahanan, serta menjadi penghubung perdagangan dengan India dan wilayah Asia lainnya. 

Dewawarman dikenal sangat loyal kepada Aki Tirem. Ia bahkan dipercaya memimpin pasukan Salakanagara untuk mempertahankan wilayah dari serangan bajak laut dan kelompok asing yang mencoba menguasai wilayah pesisir. 


Pertempuran di Sanghiang Sirah

Salah satu cerita heroik Dewawarman adalah Pertempuran di Sanghiang Sirah. Tempat ini dikenal sebagai titik sakral di selatan Banten, tempat banyak pasukan asing mencoba menguasai wilayah strategis pelabuhan. 

Dewawarman memimpin langsung pasukan Salakanagara. Dengan taktik cerdas dan keberanian luar biasa, ia berhasil memukul mundur musuh. Konon, setelah pertempuran itu, Dewawarman mendapat gelar tambahan: Dewawarman I, Ksatria Sanghiang Sirah. 


Lahirnya Tarumanegara: Visi Besar Sang Menantu

Setelah kematian Aki Tirem, Dewawarman melanjutkan kepemimpinan Salakanagara. Namun, ambisinya tidak berhenti di sana. Ia melihat potensi besar wilayah barat Jawa sebagai pusat kerajaan besar. Akhirnya, sekitar tahun 358 Masehi, Kemudian mendirikan kerajaan baru yang lebih besar dan terstruktur di wilayah utara Jawa Barat di sekitar Sungai Citarum. Nah dari sinilah awal mula Kerajaan Tarumanegara.

Tarumanegara berasal dari kata “Taruma” (nama Sungai Citarum) dan “Negara” (kerajaan). Artinya, kerajaan di sekitar Taruma (Citarum). Dewawarman pun dinobatkan sebagai raja pertama, yang dikenal sebagai Dewawarman I.

Meskipun berasal dari India, Dewawarman tidak serta merta menjajah atau memaksakan budaya India. Justru sebaliknya, ia memadukan nilai-nilai lokal dengan ajaran Hindu yang dibawanya. Dari sinilah muncul sinkretisme budaya yang unik, yang menjadi ciri khas awal kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia.

Sebagai raja, Dewawarman dikenal bijak dan berwibawa. Ia membawa berbagai perubahan positif:

  • Pembangunan sistem irigasi dari sungai Citarum
  • Penyebaran agama Hindu aliran Wisnu (Vaishnava)
  • Tata pemerintahan yang rapi dan berhierarki
  • Peningkatan hubungan dagang antara India dan Nusantara

Dewawarman bukan satu-satunya yang memimpin Tarumanegara. Setelahnya, ada sembilan keturunan yang memerintah dan semuanya menggunakan nama Dewawarman (hingga Dewawarman IX). Ini menunjukkan bahwa nama Dewawarman menjadi semacam gelar raja, mirip seperti Kaisar di Tiongkok atau Firaun di Mesir.

Namun dari semua keturunan Dewawarman, yang paling terkenal adalah Purnawarman (diperkirakan keturunan ke-7), yang meninggalkan banyak prasasti seperti:

  • Prasasti Ciaruteun
  • Prasasti Kebon Kopi
  • Prasasti Tugu

Dalam prasasti tersebut, nama Tarumanegara dan para raja dari dinasti Dewawarman disebutkan dengan jelas, membuktikan keberadaan kerajaan ini secara historis.


Wilayah Kekuasaan dan Pusat Pemerintahan Tarumanegara

Tarumanegara mencakup hampir seluruh wilayah barat Pulau Jawa, mulai dari Banten, Jakarta, Bogor, hingga Cirebon. Raja-raja Tarumanegara meninggalkan berbagai prasasti, seperti Prasasti Ciaruteun dan Kebon Kopi, yang menyebutkan pembangunan saluran air dan kekuatan pasukan mereka. 

Pusat kerajaan diperkirakan berada di dekat Bogor, Bekasi, atau Karawang, yang dulu dialiri Sungai Citarum dan anak-anak sungainya. Daerah ini memang sangat strategis secara ekonomi dan pertanian.

Penemuan-penemuan arkeologi di sekitar Bekasi, Bogor, dan Tangerang juga memperkuat dugaan bahwa wilayah ini pernah menjadi pusat kerajaan kuno.


Akhir Kekuasaan dan Warisan Dewawarman

Dewawarman bukan sekadar tokoh sejarah, tetapi simbol harmoni budaya lokal dan India. Ia membawa nilai-nilai Hindu ke Nusantara, tetapi tetap menghormati budaya lokal. Ia adalah contoh bagaimana Nusantara terbentuk dari berbagai pengaruh luar tanpa kehilangan jati diri. 

Kerajaan Tarumanegara mengalami kemunduran pada abad ke-7, dan akhirnya pecah menjadi beberapa kerajaan kecil, salah satunya adalah Kerajaan Sunda Galuh, Padjajaran ,dll, Meski demikian, warisan Dewawarman masih terasa hingga kini.

Beberapa pengaruh penting dari era Dewawarman dan Tarumanegara:

  • Bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa yang digunakan dalam prasasti-prasasti
  • Agama Hindu yang menjadi dasar kehidupan masyarakat di Jawa Barat kala itu
  • Sistem birokrasi yang menginspirasi struktur kerajaan-kerajaan berikutnya

Dari Gunung Karang ke Sejarah Nusantara

Cerita Dewawarman mengajarkan kita bahwa sejarah bukan sekadar catatan, tetapi kisah manusia, perjuangan, cinta, dan visi masa depan. Dari pertemuannya dengan Aki Tirem di Gunung Karang, hingga mendirikan pondasi kerajaan besar Tarumanegara, Dewawarman layak dikenang sebagai bapak pendiri peradaban awal di Indonesia. 

Dewawarman bukan hanya seorang raja dari India yang datang ke Nusantara. Ia adalah arsitek awal peradaban di tanah bagian barat Pulau Jawa. Ia membawa ilmu, sistem pemerintahan, dan nilai spiritual yang membentuk identitas kerajaan-kerajaan setelahnya.

Tanpa Dewawarman, mungkin tak akan ada Tarumanegara, tak ada Purnawarman, bahkan tak ada warisan kebudayaan Hindu awal di Nusantara.

Sudah saatnya kita kembali menengok masa lalu dan memberikan penghargaan pada tokoh-tokoh seperti Dewawarman. Karena dari merekalah sejarah panjang Nusantara ini dimulai.

Jadi, jika kamu berkunjung ke Pandeglang, jangan hanya mencari tempat wisata. Lihat juga jejak sejarahnya. Karena, jejak langkah masih Banyak yang tertinggal di antara kabut Gunung Karang dan nyanyian angin dari Sanghiang Sirah... 

--

Jika kamu menyukai artikel ini, jangan lupa untuk membagikannya. Mari lestarikan sejarah kita dengan membaca dan menulis! Untuk bacaan lainnya, Ikuti blog ini untuk selalu update tentang cerita atau sejarah lainnya.

#Dewawarman #Tarumanegara #SejarahNusantara #RajaPertama #KerajaanHindu #KerajaanIndonesia #JejakSejarah #NusantaraKuno #SejarahIndonesia #MarginalMagazine

Posting Komentar untuk "Dewawarman"