Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pandeglang

Ensiklopedia Santai Kabupaten Pandeglang (Super Lengkap): Sejarah, Mitos, Ulama, Jawara, Budaya, Wisata, Kuliner

Ensiklopedia Santai Kabupaten Pandeglang

sejarah, mitos & legenda, daftar ulama/kyai/sultan/Abuya (nama + daerah), jawara/pejuang/pahlawan (nama + daerah), tempat keramat, wisata alam, seni-budaya, kuliner, karakter masyarakat, pesantren, dan kecamatan.

1) Pendahuluan

Kabupaten Pandeglang berada di ujung barat Pulau Jawa dan masuk Provinsi Banten. Orang sering mengenal Pandeglang lewat Taman Nasional Ujung Kulon, pantai-pantai selatan yang eksotis, Gunung Karang, juga tradisi keagamaan yang kuat. Tapi di balik itu, ada lapisan sejarah panjang, legenda yang hidup, jejaring pesantren yang luas, hingga daftar ulama dan jawara yang membentuk karakter “Banten banget”: religius, tegas, dan berwibawa.

Catatan penting: beberapa bagian (khususnya mitos, legenda, serta nama-nama tokoh lokal) adalah warisan tradisi lisan. Nama dan penyebutan daerah mengikuti penuturan masyarakat. Untuk penelitian akademis, silakan cocokkan dengan rujukan tertulis atau arsip lokal.

2) Sejarah Pandeglang (dari Purba – Modern)

2.1. Jejak Awal

Wilayah Pandeglang telah lama dihuni sejak masa purba. Secara geografis, ia berada di lintasan penting: pegunungan di sisi utara-timur (Pulosari–Karang) dan pesisir selatan (Samudra Hindia) yang kaya sumber daya. Jalur sungai-sungai kecil di Pandeglang diperkirakan menjadi rute mobilitas komunitas awal untuk bertani, berkebun, dan berdagang.

2.2. Era Kerajaan Awal

Tradisi lokal mengaitkan kawasan Banten–Pandeglang dengan kerajaan-kerajaan tua di Tatar Sunda, seperti Salakanagara dan Tarumanagara. Kemudian di era menjelang Islam, muncul Banten Girang. Setelah itu, berdiri Kesultanan Banten (abad ke-16) yang menjadi pusat dakwah, perdagangan, dan kebudayaan. Pandeglang berperan sebagai lumbung pangan, basis jaringan ulama, sekaligus kawasan strategis militer dan ekonomi.

2.3. Masa Kolonial & Perlawanan

Pada masa kolonial, Pandeglang dikenal “keras” karena kentalnya jejaring ulama–jawara. Perlawanan rakyat di Banten pernah meletup beberapa kali di abad ke-19. Tokoh-tokoh ulama dan jawara dari Pandeglang banyak disebut dalam kisah perlawanan terhadap penindasan dan pajak kolonial.

2.4. Abad 20 – Kemerdekaan

Memasuki abad ke-20, gerakan pendidikan Islam menguat melalui pesantren. Jaringan kiai dan santri berkontribusi pada konsolidasi sosial dan keagamaan. Setelah kemerdekaan, Pandeglang tetap menjadi “kabupaten santri”—dinamis dalam dakwah, pendidikan, ekonomi rakyat, serta perannya dalam kebudayaan Banten.

3) Mitos & Legenda Terkenal

3.1. Gunung Karang & Sumur Tujuh

Gunung Karang (1.7k mdpl) dipandang sebagai poros spiritual. Kisah “Sumur Tujuh” lekat dengan keberkahan air dan laku tirakat. Banyak peziarah mendatangi area lereng untuk berdoa, ngalap berkah, sekaligus menikmati alamnya.

3.2. Syekh Rako

Tokoh legendaris yang dikaitkan dengan wilayah Gunung Karang/Cadasari–Simpeureum. Ceritanya hadir dalam ziarah, kisah lisan, dan nama-nama tempat “keramat” di sekitar Pandeglang.

3.3. Syeikh Maulana Mansyuruddin (Cikadueun)

Ulama klasik yang dihormati. Kisahnya sering bersinggungan dengan penyebaran Islam, karomah, dan pergaulan dengan para santri-jawara.

3.4. Pangeran Pandeglang & Putri Cadasari

Cerita rakyat populer tentang cinta, kesetiaan, dan pusaka gelang—menjadi asal-usul penamaan wilayah dalam versi sasakala setempat.

3.5. Batu Quran – Cibungur / Cikaduen

Batu besar dengan guratan menyerupai tulisan Arab. Menjadi titik hening untuk berdoa; sebagian mengaitkannya dengan awal penyebaran Islam di pedalaman.

3.6. Legenda Pesisir

Pesisir Labuan–Carita–Panimbang sarat mitos samudra selatan. Nelayan menyimpan pantang-larang dan ritual keselamatan, bagian dari tradisi maritim Banten.

Masih ada banyak cerita lain: Nyi Mas Gamparan, Batu Göong, Leuwi Lamot, Situ Cikedal, dan sebagainya—semuanya hidup sebagai ingatan kolektif masyarakat.

4) Daftar Ulama, Kyai, Sultan & Abuya (Nama + Daerah)

Bagian ini adalah khusus: kita tampilkan nama tokoh + alamat/daerah secara padat, berdasarkan himpunan dari Sebagian adalah ulama klasik (sebutan “Syekh”), sebagian “Abuya/Mama” (sebutan kehormatan lokal), ada pula tokoh sultan/keturunan bangsawan yang berperan dalam dakwah.
(Urutan non-hirarkis; beberapa nama memiliki varian ejaan/lokasi.)

4.1. Ulama Klasik & Guru Tarekat

Nama UlamaDaerah/Alamat
Syekh Nawawi al-BantaniTanara (Banten); pengaruh ke jaringan Pandeglang
Syekh Asnawi (Asnawi Caringin)Caringin, Pandeglang
Syeikh Maulana MansyuruddinCikadueun, Pandeglang
Syekh RakoGunung Karang / Cadasari / Simpeureum, Pandeglang
Syekh Sohib (Muhammad Sohib)Kadupinang, Pandeglang
Syekh Muhammad RuyaniKadupinang, Pandeglang
Syekh AlyuddinKadulisung – Palurahan – Mandalawangi, Pandeglang
Syekh JalaluddinCadasari, Pandeglang
Syekh Abdul JabbarPasir Kecapi, Pandeglang
Syekh MandalayunganSukarela, Pandeglang
Syekh Singa Agung (Ki Papak)Gumelar, Pandeglang

4.2. Abuya/Kyai—Pengasuh Pesantren & Tokoh Karismatik

Nama TokohDaerah/Alamat
Abuya KH. Muhammad Dimyathi (pendiri)Cidahu, Pandeglang
Abuya Ahmad Muhtadi DimyathiCidahu, Pandeglang
Abuya Muhammad Murtadho DimyathiCidahu, Pandeglang
Abuya DamanhuriPakancilan / Cihideng, Pandeglang
Abuya Cisantri (Buya Cisantri)Cisantri / Cipantri – Cipeucang/Saketi, Pandeglang
Abuya Sanja (Abuya Sanusi)Labuan, Pandeglang
Abuya Mama Karim (Mama Karim)Bengkung / Pasar Angka; juga disebut Cigondang–Labuan, Pandeglang
Abuya SobariKadakekek, Cipeucang – Pandeglang
Abuya AngkawijayaMandalawangi, Pandeglang
Abuya MuqriKarabohong, Labuan – Pandeglang
Abuya BusroKadu Merenah, Cikole – Pandeglang
Abuya AliuddinCikaduen / Cipeucang – Pandeglang
Abuya Otong NawawiCiandur, Saketi – Pandeglang
Abuya PalawiraSekong / Cimanuk – Pandeglang
Abuya Muhammad Sidik (Muh. Sidik / Muhammadsidiq)Pakancilan / Cangkudu Baros – Pandeglang
Abuya Abdul MananMuncung – Pandeglang
Abuya Abdul MalikRocek Barat – Pandeglang
Abuya Surya / SurayaCigeulis / Cibaliung / Munjul – Pandeglang
Abuya Fu’ad HalimiKaduronyok – Pandeglang
Abuya SakmanUjung Kulon – Pandeglang
Abuya TajurNembol, Mandalawangi – Pandeglang
Abuya Abdul MajidCadasari Pasir – Pandeglang
Abuya KholilCipaniis, Jiput – Pandeglang
Abuya ArminCibuntu / Cimanuk – Pandeglang

4.3. Kiai/Ulama Lain yang Tercatat

NamaDaerah/Alamat
KH. Tb. A. Rafe’i AliCitundun (Jaha), Pandeglang
KH. Mas Abdurrahman (Hujjatul Islam Pandeglang)Janaka, Pandeglang
KH. Abdul FatahCiekek / Sukamanah, Pandeglang
KH. Muhammad RodhiCigondang, Labuan – Pandeglang
KH. Tb. Ahmad FalakGunung Karang, Pandeglang
KH. R. Syam’un (jejaring Banten)Banten; disebut dalam jaringan perjuangan, berpengaruh ke Pandeglang
Ustaz Adi HidayatPandeglang (kota), dai nasional

4.4. Catatan “Sultan/ bangsawan religius” yang terkait

Di wilayah Banten, gelar “Tubagus/Raden” serta keturunan bangsawan sering berkelindan dengan dakwah. Beberapa tokoh ulama di atas (mis. bergelar TB/Tubagus) mencerminkan hubungan itu. Bagian ini cukup sebagai catatan konteks sosial-budaya.

5) Daftar Jawara, Pejuang, Pahlawan (Nama + Daerah)

Tradisi jawara di Pandeglang identik dengan keberanian, bela diri, dan moralitas membela yang lemah. Bersamaan dengan ulama, mereka menjadi “dua sayap” masyarakat. Berikut daftar ringkas nama + daerah sebagaimana muncul dalam himpunan obrolan kita (ditambah konteks Banten).

Nama TokohKategoriDaerah/Alamat
Rangkas SantriJawaraPandeglang (wilayah barat)
Jawara MandalawangiJawaraMandalawangi, Pandeglang
Eyang Buyut GedeJawara/penjaga kampungCimanuk, Pandeglang
Abah LurahJawara/figur adatCibungur, Pandeglang
Maung BodasJawara/legendaLabuan, Pandeglang
Maung KuningJawara/legendaCibitung, Pandeglang
Ki Wasyid (Haji Wasid)Pejuang (Banten)(Jejaring perlawanan Banten; pengaruh ke Pandeglang)
Ki JongkiJawara/PejuangBanten selatan (tradisi lisan)
Raden Tirtayasa (Sultan Ageng)Pahlawan BantenPengaruh luas di Banten, roh perjuangan terasa hingga Pandeglang

Nama-nama jawara lokal lain hidup dalam cerita kampung (hajatan, maenpo, debus). Bila kamu ingin, kita bisa tambah per dusun berdasarkan penuturan keluarga/ketua adat setempat.

6) Tempat Keramat & Ziarah

6.1. Gunung Karang

Poros ziarah dan tirakat; dikenal Sumur Tujuh, petilasan ulama, dan jalur pendakian bernuansa hening.

6.2. Makam Syekh Rako

Wilayah Cadasari–Simpeureum. Diziarahi pejalan dan santri, dihormati sebagai ulama awal.

6.3. Situs Batu Quran

Cibungur/Cikaduen. Batu berguratan menyerupai ayat; tempat hening dan doa.

6.4. Makam Abuya (berbagai)

Cidahu, Pakancilan, Labuan, Cipeucang, dll. Jaringan ziarah kuat sepanjang tahun.

6.5. Keramat Walangsanga

Disebut sebagai titik hening dan laku tapa. Berkelindan dengan kisah jawara.

6.6. Makam KH. Sulaiman – Gunung Karang

Ulama lokal yang dihormati; ziarah rutin oleh santri-jamaah.

7) Wisata Alam & Ekowisata

Pandeglang itu paket lengkap: gunung, hutan hujan, sungai-curug, dan pesisir Samudra Hindia. Beberapa destinasi populer:

  • Taman Nasional Ujung Kulon – habitat badak Jawa; ada Pulau Peucang, Pulau Panaitan, Pulau Oar.
  • Pantai Carita – akses mudah, fasilitas keluarga, sunset kece.
  • Tanjung Lesung – kawasan resort terpadu, aktivitas bahari, snorkeling.
  • Gunung Karang & Gunung Pulosari – pendakian menengah, jalur ziarah.
  • Curug-curug – Curug Putri, Curug Gendang, Leuwi Bumi, dll.
  • Situ Cikedal & Situ Cilaja – danau-danau kecil untuk memancing dan piknik santai.
  • Kampung Domba Cikeusik – wisata edukasi ternak & budaya desa.

8) Seni, Tradisi & Budaya

8.1. Debus & Maenpo

Debus (kekebalan tubuh) dan maenpo (silat) adalah ikon Banten. Di Pandeglang, keduanya berakar di pesantren & sanggar kampung.

8.2. Rampak Bedug & Rebana

Tanda sukacita; sering hadir di perayaan keagamaan & hajatan. Enerjik, kompak, bikin merinding.

8.3. Upacara Lokal

Ruwatan laut (pesisir), sedekah bumi (pedalaman), dan hajatan panen—semuanya menjaga harmoni manusia–alam.

8.4. Sastra Lisan

Carita pantun, dongeng kampung, serta “silsilah lisan” ulama–jawara jadi memori kolektif yang diwariskan.

9) Kuliner Khas

Kuliner Pandeglang adalah gabungan rasa pedas–gurih ala pesisir dan hangat–rempah ala pedalaman. Wajib coba:

  • Rabeg – daging kambing/bumbu kaya rempah.
  • Sate Bandeng – bandeng tanpa duri, gurih legit.
  • Nasi Sumsum – nasinya wangi, disajikan dengan sumsum.
  • Jojorong & Apem – kue tradisional lembut, manisnya pas.
  • Sayur Besan – khas Betawi-Banten; hadir di resepsi & keluarga besar.
  • Emping Melinjo – renyah, cocok jadi oleh-oleh.
  • Sambel Hejo / Sambel Dadak – pendamping wajib; cabenya niat!

10) Karakter Orang Pandeglang

Tiga kata: religius, hangat, tangguh. Mereka menjaga sopan santun, hormat pada ulama–orang tua, kompak dalam gotong royong, namun sigap dan berani ketika menyangkut harga diri & keadilan. Di pasar, di ladang, di pesantren—kamu akan merasakan ramah yang tulus sekaligus disiplin dalam urusan ibadah.

11) Pendidikan & Pesantren

Pandeglang layak disebut “kabupaten santri”. Jaringannya padat: dari surau kampung sampai pesantren besar. Beberapa yang menonjol: Pesantren Cidahu (jejak Abuya Dimyathi & keluarga), Al-Istiqlaliyah (Cilongok), Cidokom, Kadulisung, pesantren di Labuan, Cipeucang, Mandalawangi, Menes, Cigeulis–Cibaliung, dan lain-lain. Kajian kitab kuning (fiqih–tasawuf–tafsir) berjalan seiring pendidikan formal & karya sosial.

Catatan: Bila kamu membutuhkan direktori pesantren versi tabel (nama–alamat–kontak), kita bisa buatkan edisi khusus untuk memudahkan pendaftaran santri & silaturahmi.

12) Wilayah & Kecamatan

Pandeglang memiliki puluhan kecamatan, masing-masing punya rasa dan cerita. Beberapa yang sering disebut dalam bahasan kita: Labuan, Carita, Panimbang, Sumur, Cimanggu, Cibaliung, Cikeusik, Cigeulis, Saketi, Munjul, Angsana, Cibitung, Mandalawangi, Pagelaran, Cikedal, Cimanuk, Cipeucang, Pulosari, Banjar, Menes, Sukaresmi, Koroncong, Picung, Bojong, Sindangresmi, Sobang, Patia, Jiput, dan lainnya.

Pesisir selatan (Labuan–Panimbang–Sumur) kental nuansa bahari, tengah (Menes–Mandalawangi–Cimanuk) adalah perbukitan subur & jalur ziarah, timur–utara (Cadasari–Cipeucang–Saketi) ramai perdagangan & pendidikan.

13) Tips Perjalanan & Etika Lokal

  • Pakaian sopan saat memasuki lingkungan pesantren/keramat.
  • Izin & salam sebelum ambil foto di area ziarah.
  • Dukung UMKM: beli makanan lokal, emping, kopi kampung.
  • Jaga alam: bawa pulang sampah, patuhi rambu di pantai & gunung.

Penutup

Pandeglang adalah mosaik: gunung–laut, pesantren–jawara, mitos–sejarah. Ia membumi lewat ladang-ladang hijau, menyala di panggung rampak bedug, dan hening di bawah pohon-pohon tua keramat. Jika kamu mencari destinasi yang bukan cuma indah mata, tapi juga kaya makna—Pandeglang menunggu dengan tangan terbuka.

Ingin versi printable (PDF/Docx) atau peta interaktif titik ziarah & wisata? Bilang saja—kita siapkan edisi khususnya.

Lampiran: Tag Cepat

#Pandeglang #Banten #Ulama #Abuya #Jawara #GunungKarang #UjungKulon #Debus #WisataBanten #KulinerPandeglang

© Ensiklopedia Santai Pandeglang — Dibuat untuk pembaca umum dari saung aa iyuy.

Posting Komentar untuk "Pandeglang"