Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ubrug - Seni Theater Tradisional Banten

Ubrug Banten: Sejarah, Ritual, Lakon, Grup, dan Panduan Menonton | Saung AA Iyuy

Sejarah, Ritual, Lakon, Grup, dan Panduan Menonton

Halo sahabat Saung AA iyuy! Kali ini kita akan membahas Ubrug Banten, seni teater tradisional khas Banten yang memadukan tari, musik, lawak, dan ritual unik. Artikel ini menyajikan informasi lengkap mulai dari sejarah, ritual, lakon, grup aktif, dan tips menonton kesenian ubrug ini.

Apa Itu Ubrug?

Ubrug adalah seni teater rakyat tradisional Banten yang menggabungkan berbagai elemen: drama, lawak, musik, tarian, dan ritual khas. Pementasan biasanya dilakukan di panggung darurat atau keliling, sehingga penonton merasa dekat dengan pemain. Ubrug bukan hanya hiburan, tetapi juga media edukasi, pelestarian bahasa lokal, dan penyampaian pesan moral masyarakat Banten.

Kesenian ini dikenal sebagai seni rakyat yang sering ditampilkan di lapangan atau halaman bangunan umum dengan mengumpulkan pemain dan penonton dalam satu area. Kata "ubrug" sendiri merujuk pada bangunan darurat atau tempat sementara untuk pertunjukan, sesuai dengan sifat kesenian ini yang sering berpindah tempat.

Dalam Ubrug, cerita mencerminkan kehidupan sehari-hari, legenda lokal, dan norma sosial. Humor menjadi unsur penting untuk mempermudah penyampaian kritik sosial ringan, sekaligus menghibur berbagai lapisan penonton.

Kesenian Ubrug berkembang di beberapa wilayah di Banten, seperti Leuwi Damar, Cikeusal, Pagelaran Pandeglang, dan Panimbang, Menggunakan bahasa dialek sunda kuno yaitu bahasa sunda Banten.

Sejarah Ubrug Banten

Kata "ubrug" berasal dari bahasa Sunda yang berarti bangunan darurat atau panggung sementara, bisa hanya di tampilkan di lapangan terbuka, Kesenian ini dinamai demikian karena para pemainnya sering mendirikan panggung sementara untuk pertunjukan berkeliling.

Pendapat lain menyatakan bahwa "ubrug" berasal dari kata "ngagebrug" yang berarti berkumpul di satu tempat, menggambarkan semua elemen pertunjukan dan penonton berada dalam satu lokasi.

Ubrug diperkirakan muncul pada abad ke-19 di wilayah Serang, Pandeglang, dan Cilegon. Awalnya, pertunjukan dilakukan saat hajatan desa, perayaan panen, atau momen penting komunitas. Nama "Ubrug" merujuk pada panggung darurat yang mudah dibongkar-pasang, sehingga pertunjukan bisa digelar di mana saja.

Pada abad ke-20, Ubrug mulai menjadi media edukasi dan pelestarian budaya, dengan tokoh-tokoh penting seperti Pak Rahmat Serang dan Ibu Sari Pandeglang yang mengembangkan improvisasi dan integrasi musik tradisional. Mereka memperkenalkan variasi lakon, dialog improvisasi, dan penambahan unsur tarian agar pertunjukan lebih dinamis.

Seiring waktu, Ubrug berfungsi sebagai sarana pembelajaran nilai sosial, norma, dan filosofi hidup masyarakat Banten melalui cerita, simbol, dan humor interaktif.

Sejarah Berdasarkan Periode

Abad ke-19: Ubrug muncul sebagai hiburan rakyat di desa-desa Banten. Lakon diambil dari legenda lokal dan cerita rakyat, menekankan pesan moral dan kepahlawanan.

Abad ke-20: Improvisasi mulai dikembangkan. Tokoh seperti Pak Rahmat Serang menambahkan musik gamelan mini, tarian, dan lawak ringan untuk menarik penonton muda.

Abad ke-21: Ubrug mulai tampil di festival budaya, dokumentasi media sosial, dan dijadikan bahan pendidikan seni tradisional. Generasi muda mulai dilibatkan melalui workshop dan pelatihan untuk regenerasi pemain.

Ciri-ciri Kesenian Ubrug

  • Pementasan di Ruang Terbuka, bisa di lapangan atau ruang terbuka tempat kumpul masyarakat.
  • Keakraban Pemain dan Penonton artinya Tidak ada pemisah antara pemain dan penonton, mereka berkumpul dalam satu tempat, pemain dan penonton bisa berinteraksi langsung dengan akrab.
  • Ubrug menggabungkan beberapa unsur seni, seperti teater, musik (gamelan), tarian, dan sastra (humor).
  • Selain menghibur, Ubrug juga berfungsi sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan moral kepada masyarakat melalui dialog para pemainnya.
  • Improvisasi dan Sastra Lisan: Para pemain tidak wajib menghafal naskah, melainkan melakukan improvisasi sesuai tema cerita, yang biasanya disampaikan dengan gaya humor.

    Unsur Pementasan Ubrug

    Pemain

    Pemain Ubrug terdiri dari aktor pelawak, dalang gaya rakyat, penari, dan tokoh menyerupai wayang lokal. Dialog bersifat improvisasi, sehingga setiap pertunjukan unik. Pemain harus menguasai akting, tarian, musik, dan membaca reaksi penonton untuk menjaga interaksi tetap hidup.

    Musik

    Musik pengiring menggunakan gamelan mini, gong, kendang, kempul, dan alat musik bambu. Musik menegaskan adegan, menandai transisi, dan memberi ritme pada tarian serta dialog. Beberapa grup menambahkan improvisasi musik modern tanpa kehilangan identitas tradisional.

    Tata Panggung

    Panggung sederhana dan fleksibel, bisa berupa panggung keliling atau halaman rumah. Tidak ada sekat antara pemain dan penonton sehingga interaksi maksimal. Dekorasi menggunakan kain, bendera, dan simbol lokal agar nuansa tradisional terasa autentik.

    Ritual Ngukus atau nyuguh

    Sebelum pertunjukan, dilakukan ritual ngukus atau nyuguh. Dipimpin tetua kelompok, ritual ini melibatkan doa, kemenyan, dan sesajen seperti beras, ayam, kopi, atau buah-buahan. Tujuan ritual adalah keselamatan, kelancaran pementasan, dan keberkahan bagi penonton dan pemain.

    Ritual juga memperkuat ikatan komunitas, dengan anggota kelompok dan penonton ikut serta, memperkuat rasa kebersamaan dan nilai sosial.

    Setiap gerakan ritual memiliki filosofi tertentu, misalnya membakar kemenyan untuk membersihkan energi negatif, dan menyajikan sesajen sebagai bentuk rasa syukur kepada leluhur dan alam.

    Fungsi Kesenian ubrug

  • Sebagai Hiburan masyarakat, penggabungan unsur komedi, humor, musik dan interaksi langsung dengan penonton, menjadikan kesenian ini sangat menghibur bagi yang menonton nya.
  • Sarana dakwah dan pendidikan moral, karena dari setiap improvisasi dialog, menyampaikan nilai budi pekerti, moral, adab, akhlak dan budaya.

    Jenis Lakon dan Cerita

    Lakon Ubrug sangat beragam, mulai dari legenda lokal hingga kritik sosial yang dikemas humoris. Beberapa lakon populer antara lain:

    • Kepahlawanan Pak Darman: Cerita seorang pahlawan desa yang menolong warga sambil menyisipkan humor dan sindiran sosial.
    • Cinta Desa: Kisah romansa antar generasi muda dengan pesan moral tentang kesetiaan dan persahabatan.
    • Persahabatan dan Nilai Sosial: Menceritakan bagaimana kerja sama komunitas bisa menyelesaikan masalah desa.
    • Kritik Lingkungan: Lakon modern mengangkat isu sampah dan lingkungan, dengan dialog lucu namun edukatif.

    Improvisasi pemain membuat setiap pertunjukan berbeda, menyesuaikan kondisi penonton dan lokasi.

    Tips Menonton Pementasan Ubrug

    • Periksa jadwal pementasan di desa atau festival budaya Banten.
    • Datang lebih awal untuk posisi dekat panggung.
    • Bawa kamera atau smartphone untuk dokumentasi.
    • Siapkan koin atau uang tip untuk apresiasi pemain.
    • Pelajari bahasa lokal untuk memahami humor dan sindiran.
    • Perhatikan simbol dan gerakan tarian agar pengalaman menonton lebih lengkap.
    • Catat lakon menarik sebagai referensi edukasi atau konten budaya.
    • Ikuti panduan fotografi dan video untuk mendokumentasikan pertunjukan dengan baik tanpa mengganggu penonton lain.

    Kesimpulan

    Ubrug Banten adalah warisan budaya Indonesia yang unik, menggabungkan seni, lawak, ritual, dan edukasi. Dengan sejarah kaya, pementasan interaktif, dan lakon beragam, Ubrug menawarkan pengalaman berbeda dari teater modern. Menonton Ubrug bukan sekadar hiburan, tetapi pembelajaran nilai dan tradisi masyarakat Banten. Dukungan kita sangat penting agar seni ini tetap hidup dan lestari untuk generasi berikutnya.

    #Ubrug #UbrugBanten #SeniUbrug #TeaterRakyat #BudayaBanten #WarisanBudaya #FestivalBudaya #PementasanUbrug
  • Posting Komentar untuk "Ubrug - Seni Theater Tradisional Banten"