Batu Gilang - Gunung Karang
Misteri, Sejarah, dan Pesona Batu Gilang
Banten bukan hanya dikenal sebagai daerah dengan sejarah Islam yang kuat, tetapi juga kaya dengan situs budaya dan spiritual yang sarat makna. Salah satunya adalah Batu Gilang yang berada di kawasan Gunung Karang, Pandeglang. Batu ini dipercaya menyimpan nilai sejarah tinggi, menjadi tempat bertapa para tokoh besar, hingga menyimpan cerita mistis yang melegenda di kalangan masyarakat.
Batu ini bukan sekadar bongkahan batu biasa, melainkan sebuah simbol sejarah, spiritualitas, hingga identitas masyarakat Banten yang diwariskan dari generasi ke generasi.
📍 Lokasi Batu Gilang di Gunung Karang
Batu Gilang di sebut-sebut terletak di kawasan Hutan Cisunia di lereng Gunung Karang, Kabupaten Pandeglang.
Gunung Karang dikenal sebagai gunung keramat, tempat yang kerap dijadikan lokasi bertapa, berdoa, dan melakukan ritual spiritual dan pusat kekuatan gaib di provinsi Banten.
Karena lokasinya yang sejuk dan dikelilingi hutan lebat, tempat ini menjadi magnet bagi peziarah maupun pendaki gunung. Tidak sedikit peziarah yang datang untuk mencari ketenangan batin, berdoa, atau sekadar menikmati keindahan alam Gunung Karang.
🪨 Deskripsi Fisik Batu Gilang
Batu Gilang berbentuk persegi empat dengan permukaan datar. Berdasarkan catatan lokal, ukurannya mencapai panjang ±190 cm, lebar ±121 cm, dan ketebalan ±16,5 cm. Batu ini berasal dari material andesit, batu vulkanik yang banyak ditemukan di kawasan pegunungan.
Masyarakat percaya bahwa bentuknya yang datar bukan kebetulan. Permukaan batu yang rata dianggap sebagai “alas duduk” untuk bertapa, bermeditasi, atau menjalani laku spiritual. Bentuknya yang unik membuat Batu Gilang berbeda dengan batu-batu alami di sekitarnya.
📖 Sejarah dan Legenda Batu Gilang
Batu Gilang sangat erat kaitannya dengan Sultan Maulana Hasanuddin, sultan pertama Kesultanan Banten. Dalam cerita rakyat yang berkembang, Syarif Maulana Hasanuddin diperintahkan oleh ayahnya, Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), untuk bertapa di Batu Gilang sebelum menaklukkan prabu Pucuk Umun, penguasa Banten lama kala itu, Sebelum masa kesultanan Banten.
Pertapaan ini bertujuan memperkuat ilmu kanuragan dan spiritualitasnya. dari Pertapaan tersebut dalam cerita masyarakat setempat dipercaya memberikan kekuatan lahir dan batin sehingga Syarif Maulana Hasanuddin mampu membuka jalan bagi berdirinya Kesultanan Banten.
Dalam Babad Banten, ada kisah unik: ketika Hasanuddin selesai bertapa, Batu Gilang ikut terangkat, menjadi tanda keberhasilan laku spiritualnya. Hingga kini cerita ini menjadi bagian legenda yang diyakini masyarakat.
Selain Hasanuddin, tokoh lain juga disebut pernah melakukan tapa di Batu Gilang, seperti Brahmana Sampang, Adipati Banten, dan Batara Guru Jampang.
Batara Guru Jampang bahkan bertapa begitu lama hingga ikat kepalanya berubah menjadi sarang burung emprit.
Kisah-kisah ini tercatat dalam naskah Babad Banten, yang menjadi salah satu sumber penting sejarah Banten.
👑 Fungsi Batu Gilang dalam Tradisi
Batu Gilang tidak hanya menjadi tempat bertapa. Dalam catatan sejarah dan Babad Banten, batu ini disebut sebagai tempat penobatan raja-raja Kesultanan Banten. Fungsi ganda ini menjadikan Batu Gilang sebagai simbol kekuatan spiritual sekaligus legitimasi politik.
Hingga kini, Batu Gilang masih menjadi tempat yang dikeramatkan. Para peziarah sering datang untuk berdoa, mencari ketenangan, atau sekadar merasakan energi spiritual yang diyakini memancar dari batu tersebut.
Fungsi budaya dan spiritual Batu Gilang tidak hanya sebatas pada kepercayaan lokal, tetapi juga menjadi bagian dari identitas masyarakat Banten yang menjunjung tinggi nilai sejarah dan leluhur.
⚠️ Larangan Memindahkan Batu Gilang
Ada keyakinan yang dipegang kuat oleh masyarakat sekitar: Batu Gilang tidak boleh dipindahkan. Konon, jika dipindahkan, maka akan membawa malapetaka besar, bahkan dipercaya bisa menyebabkan
“jatuh atau runtuhnya sebuah negeri”.
Karena itu, batu ini dibiarkan di tempatnya dan terus dijaga dengan baik. Inilah sebabnya masyarakat sekitar menjaga dan menghormati batu tersebut hingga sekarang.
🌿 Peran Juru Kunci dan Pelestarian
Keberadaan Batu Gilang dijaga oleh masyarakat setempat dan tokoh spiritual. Salah satu nama yang tercatat adalah Holilullah, juru kunci yang menjaga tradisi di sekitar Gunung Karang. Ia memastikan situs ini tetap dihormati, tidak dirusak, dan tetap menjadi tempat ziarah.
Sayangnya, hingga kini belum ada penelitian arkeologi mendalam yang mendokumentasikan Batu Gilang secara ilmiah. Padahal, dengan penelitian lebih lanjut, situs ini bisa menjadi warisan budaya yang lebih diakui secara resmi.
🏞️ Pesona Wisata Gunung Karang
Selain nilai sejarah dan spiritual, Batu Gilang juga menjadi bagian dari daya tarik wisata Gunung Karang. Gunung ini menawarkan udara sejuk, hutan yang masih asri, dan panorama alam menakjubkan. Pendaki dan peziarah sering menjadikan perjalanan ke Batu Gilang sebagai pengalaman spiritual sekaligus wisata alam.
Mengunjungi Batu Gilang sekaligus menjadi kesempatan untuk menjelajahi Gunung Karang. Gunung ini tidak hanya menjadi destinasi spiritual, tetapi juga menawarkan pemandangan alam yang menakjubkan. Hutan yang rimbun, udara yang sejuk, serta suasana sakral membuat pengalaman berziarah sekaligus wisata alam menjadi semakin lengkap.
Bagi pecinta wisata religi, perjalanan ke Batu Gilang bisa menjadi pengalaman yang berbeda: bukan sekadar jalan-jalan, tetapi juga menyelami nilai sejarah, budaya, dan spiritualitas yang ada di wilayah Banten.
🛣️ Akses dan Jalur Menuju Batu Gilang
Untuk menuju Batu Gilang, pengunjung bisa memulai perjalanan dari pusat Kota Pandeglang. Dari sana, perjalanan dilanjutkan menuju kawasan Gunung Karang melalui jalur pendakian yang sudah dikenal peziarah. Jalurnya cukup menantang, namun pemandangan dan suasana spiritual sepanjang perjalanan membuat lelah terbayar lunas.
Pengunjung disarankan membawa perbekalan cukup, menghormati aturan lokal, dan menjaga kesopanan selama berada di lokasi.
📝 Kontroversi Lokasi: Gunung Karang atau Banten Lama?
Uniknya, ada perdebatan mengenai lokasi Batu Gilang. Sebagian sumber menyebut batu ini berada di area Keraton Surosowan, Banten Lama. Ada dugaan bahwa terjadi pergeseran narasi, atau bahkan terdapat dua Batu Gilang berbeda.
Meski demikian, bagi masyarakat Pandeglang, Batu Gilang di Gunung Karang tetap dianggap sebagai situs asli dan paling sakral. Perbedaan versi ini justru memperkaya misteri yang menyelimuti Batu Gilang.
✨ Harapan ke Depan
Batu Gilang adalah warisan budaya yang patut dilestarikan. Pemerintah daerah, akademisi, hingga komunitas budaya bisa bersinergi melakukan penelitian, promosi wisata religi, sekaligus menjaga kelestarian situs ini.
Dengan begitu, Batu Gilang tidak hanya menjadi legenda turun-temurun, tetapi juga sumber pengetahuan dan kebanggaan masyarakat Banten.
📌 Kesimpulan
Batu Gilang di Gunung Karang Pandeglang Banten bukan hanya batu biasa. Ia adalah saksi bisu perjalanan spiritual, simbol penobatan raja, pusat legenda, hingga daya tarik wisata religi. Dengan segala misteri dan pesona yang dimilikinya, Batu Gilang sangat layak untuk dijaga, dilestarikan, dan dikenalkan sebagai bagian penting dari identitas Banten. dilestarikan untuk generasi mendatang.
Posting Komentar untuk "Batu Gilang - Gunung Karang "