Sultan Maulana Muhammad - Raja yang Sholeh seorang santri yang menjadi sultan banten ke 3

Raja Sholeh | Seorang Santri yang menjadi Sultan Banten ke-3
Kesultanan Banten adalah salah satu kerajaan Islam besar di Nusantara yang tumbuh makmur di pesisir barat Pulau Jawa. Di antara sultannya yang terkenal, ada sosok muda yang berani, saleh, sekaligus tragis nasibnya: Sultan Maulana Muhammad, atau lebih dikenal dengan sebutan Panembahan Seda Ing Palembang. Ia adalah Sultan Banten ke-3 yang memimpin di usia muda, membawa Banten ke masa kejayaan perdagangan, dan akhirnya gugur dalam ekspedisi militernya di Palembang.
🕌 Latar Belakang dan Keluarga Sultan
Sultan Maulana Muhammad adalah putra dari Sultan Maulana Yusuf (Sultan Banten ke-2) dan cucu dari Sultan Maulana Hasanuddin (pendiri Kesultanan Banten, putra Sunan Gunung Jati dari Cirebon). Ia lahir di lingkungan istana Surosowan, pusat pemerintahan Banten Lama yang kala itu menjadi pelabuhan paling ramai di Asia Tenggara.
Menurut beberapa sumber klasik seperti Sajarah Banten dan Babad Banten, ketika ayahnya wafat pada tahun 1585, Maulana Muhammad masih sangat muda – sekitar 9 tahun. Karena itu, pemerintahan sementara dijalankan oleh empat wali yang ditunjuk para qadi dan pembesar istana: Patih Jayanegara, Senapati Pontang, Ki Waduaji, dan Ki Wijamanggala.
⚔️ Konflik Awal: Serangan Arya Jepara
Penolakan itu membuat Pangeran Arya Jepara murka. Ia lalu memimpin armada laut untuk menyerang Banten dari arah utara bersama sekutunya, Demang Laksamana Jepara. Namun, pasukan Banten yang dipimpin para wali berhasil memukul mundur mereka. Dalam pertempuran di laut, Demang Laksamana tewas dan Arya Jepara akhirnya mundur pulang ke Jepara. Sejak itu, nama Maulana Muhammad mulai dikenal sebagai sultan muda yang dilindungi takdir.
💰 Masa Keemasan Perdagangan Banten
Setelah dewasa, Maulana Muhammad memegang kekuasaan penuh sekitar tahun 1590-an. Masa pemerintahannya dikenal sebagai periode makmur dan terbuka. Pelabuhan Banten menjadi pusat ekspor lada terbesar di Nusantara. Kapal-kapal dari Arab, Persia, Gujarat, Tiongkok, Inggris, Portugis, dan Belanda silih berganti berlabuh di Banten.
Sultan muda ini dikenal bijak. Ia memberikan kebebasan kepada para pedagang, menegakkan hukum syariah, dan memperluas sistem bea cukai yang menjadi sumber kas kerajaan. Dalam catatan Husein Djajadiningrat, bahkan disebutkan bahwa pendapatan Banten berasal bukan hanya dari lada, tetapi juga dari cukai laut yang melimpah.
🧕 Kehidupan Religius dan Sosok Santri-Raja
Sultan Maulana Muhammad bukan hanya dikenal sebagai penguasa, tetapi juga sebagai santri dan ulama muda. Ia dididik langsung oleh seorang guru besar dari Madinah yang dikenal dengan nama Kiai Dukuh Kasunyatan. Dari sinilah muncul gelar rakyat “Ratu ing Banten sing nyantri”.
Dalam pupuh tradisional disebutkan:
Artinya: “Jika Maulana telah duduk sebagai Sultan menghadap selatan, maka kitab (ilmu) selalu di sampingnya.”
Kesehariannya sederhana. Setiap pagi beliau shalat berjamaah di Masjid Agung, berjalan kaki dari keraton, kemudian menerima tamu selepas Dzuhur. Malam hari dihabiskan untuk khalwat — menyendiri untuk beribadah. Ia sangat dekat dengan rakyat, bahkan sering menyamar untuk menengok kehidupan masyarakat desa di malam hari.
🚢 Ekspedisi Besar ke Palembang
Pada tahun 1596, di usia 25 tahun, Sultan Maulana Muhammad mengerahkan kekuatan besar untuk menaklukkan Palembang, yang kala itu masih bercorak Hindu-Buddha — sisa dari Majapahit. Ekspedisi ini dilakukan atas saran Pangeran Mas, putra Arya Pangiri, yang ingin menguasai wilayah itu.
Armada Banten terdiri dari kapal perang dan pasukan darat yang menyeberang dari Selat Sunda ke Sumatera Selatan. Tujuan utama ekspedisi ini bukan hanya politik, tapi juga dakwah Islam. Dalam semangatnya, Sultan Maulana Muhammad ingin mengikuti jejak kakeknya, Hasanuddin, dan ayahnya, Maulana Yusuf, yang dikenal sebagai penakluk besar.
Tragedi di Sungai Musi
Pengepungan Palembang berjalan sukses, namun takdir berkata lain. Saat kapal sultan melintas di Sungai Musi, sebuah peluru meriam menghantam lambung kapal dan mengenai Sultan Maulana Muhammad secara langsung. Ia gugur di tempat.
Kematian sang raja muda mengejutkan seluruh pasukan. Armada Banten akhirnya mundur dan kembali ke tanah Jawa. Jenazahnya dibawa pulang ke Banten dan dimakamkan dengan upacara kebesaran di kawasan Banten Lama. Rakyat memberinya gelar: Panembahan Seda Ing Palembang, yang artinya “Raja Banten yang gugur di Palembang.”
🌿 Warisan dan Penerusnya
Sepeninggal Sultan Maulana Muhammad, tahtanya diteruskan oleh putranya, Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir — Sultan Banten ke-4. Di masa itu, Banten semakin dikenal bangsa Eropa seperti Inggris dan Belanda.
Namun warisan terbesar Maulana Muhammad bukan sekadar kekuasaan, melainkan nilai keteladanan: keberanian, kesalehan, dan kecintaan kepada ilmu. Ia menjadi simbol “raja santri” yang menjalankan pemerintahan dengan adab dan iman.
📜 Cerita Rakyat dan Pupuh Banten
Dalam tradisi lisan Banten, sosok Maulana Muhammad selalu dikenang. Beberapa pupuh dan wawacan kuno masih dibacakan di acara keagamaan. Salah satu di antaranya berbunyi:
tinedaken Pangeran ing Kasunyatan,
jeng Molana dadia ratu,
mulyaning kang nagara,
wong cilik sami magatra kang winarna.”
Terjemah bebasnya: “Tingkah laku sang raja dijaga oleh gurunya yang suci, lalu diangkat menjadi Pangeran di Kasunyatan. Maulana menjadi raja, memuliakan negeri, dan menyejahterakan rakyatnya.”
Selain itu, masyarakat Banten mempercayai beberapa kisah mistis. Misalnya, langit yang memerah di hari wafatnya dianggap pertanda syahidnya sang raja. Ada pula versi rakyat yang mengatakan jasadnya dibawa kembali ke Banten dengan perahu gaib. Cerita ini hidup hingga kini di kalangan peziarah makam Banten Lama.
🏛️ Peninggalan dan Situs Sejarah
Beberapa peninggalan era Maulana Muhammad masih bisa dilihat di kawasan Banten Lama:
- Keraton Surosowan – pusat pemerintahan yang megah, kini tinggal reruntuhan.
- Masjid Agung Banten Lama – dibangun oleh kakeknya, Hasanuddin, dan tetap jadi pusat dakwah.
- Makam Sultan Maulana Muhammad – berada tidak jauh dari Masjid Agung, sering diziarahi ribuan orang setiap tahun.
- Kawasan Kasunyatan – tempat Kiai Dukuh mengajar dan Sultan muda menimba ilmu agama.

Banten Lama hari ini menjadi situs sejarah nasional. Banyak wisatawan religi datang untuk mengenang jejak kesultanan dan mengambil hikmah dari perjuangan para raja saleh masa lalu.
🧭 Makna Kepemimpinan Maulana Muhammad
Sultan Maulana Muhammad adalah cerminan bahwa kekuasaan dan agama bisa berjalan beriringan. Ia menunjukkan bahwa pemimpin sejati bukan hanya yang gagah di medan perang, tetapi juga rendah hati di hadapan Tuhan. Kepemimpinannya menegaskan bahwa kejayaan Islam Nusantara dibangun bukan dengan pedang semata, melainkan dengan ilmu dan akhlak.
📚 Sumber dan Rujukan
- Husein Djajadiningrat – Tinjauan Kritis tentang Sejarah Banten (1927)
- Claude Guillot – Banten: Sejarah dan Peradaban Abad XVI–XVIII
- Babad Banten & Sajarah Banten (naskah klasik abad ke-17–18)
- RMI NU Banten – “Maulana Muhammad, Sultan Banten yang Santri”
- Banten Ekspose – “Sultan Maulana Muhammad Sang Raja Muda yang Gugur di Medan Perang”
- Wikipedia dan sumber akademik Universitas Leiden Digital Archives
🌸 Penutup
Kisah hidup Sultan Maulana Muhammad adalah potret tentang keberanian, kecerdasan, dan keimanan seorang pemimpin muda. Dalam waktu singkat ia membawa Banten ke puncak kemakmuran, memperkuat ekonomi, memperluas dakwah, dan menunjukkan keteladanan seorang raja yang mencintai rakyat dan ilmu.
Ia wafat muda, namun namanya hidup abadi dalam sejarah Nusantara — menjadi simbol “raja yang santri”, pejuang yang gugur dalam jalan Allah, dan kebanggaan masyarakat Banten hingga hari ini.
FAQ — Sultan Banten ke-3 (Maulana Muhammad)
Berikut jawaban singkat atas pertanyaan umum pembaca tentang Sultan Maulana Muhammad. Klik judul pertanyaan untuk membuka jawaban.
Siapakah Sultan Banten ke-3?
Kapan ia memerintah?
Siapa wali yang memerintah saat ia kecil?
Apa pencapaian penting pada masa pemerintahannya?
Mengapa ia melakukan ekspedisi ke Palembang?
Bagaimana ia wafat?
Apa gelar anumertanya?
Apakah ada naskah klasik yang menyebut namanya?
Bagaimana citra rakyat terhadap beliau?
Dimana makam dan peninggalan sejarah terkait beliau?
Apakah ada versi cerita rakyat yang berbeda?
Di mana saya bisa membaca naskah asli Sajarah/Babad Banten?
Posting Komentar untuk "Sultan Maulana Muhammad - Raja yang Sholeh seorang santri yang menjadi sultan banten ke 3"